20 Desember
2014.
Hari itu
M.N.H membuat acara untuk ustad ustadzah TPA Isam3.
Ba’da Maghrib
ustad ustadzah telah berkumpul di halaman Langgar Al-Ikhlas untuk menghadiri
acara tersebut. Tapi nggak tahu nih M.N.H nya kemana??
Setelah
sholat Isya’ berjamaa’ah dan menyiapkan peralatan akhirnya acara pun dimulai.
Uh… udah nggak sabar nunggu Ustad yang mengisi acara.
Setelah ustad
Dhohir (Bener nggak ya namanya hehe) datang, beliau memperkenalkan diri
terlebih dahulu. Beliau memberikan kami permainan dan menyuruh kami menggambar
pemandangan. Kebanyakan kami semua menggambar gunung dengan matahari, dan awan
(kayak anak Tk aja hehe tapi kayaknya
yang nulis juga gambar itu dech hehe). Tapi ada juga yang gambar pantai
dan rumah. Ustad Dhohir bilang kalau kita sebagai calon orang SUKSES (amin),
kita harus merubah cara pandang kita. SIAP! “siiiiaaaaaaap”
Kami diberi
secarik kertas dan dipinjemin bolpoint, wahh kami belum belajar . . . . Selanjutnya
kami disuruh untuk menulis, yang Pertama, kami disuruh menulis nama kami.
Selanjutnya nama-nama orang yang kami sayangi boleh lebih dari dua. Ketiga
alasan kenapa kami sayang sama mereka. Yang terakhir Dosa apa yang pernah kami
lakukan pada orang-orang yang kami sayangi tersebut.
Ternyata kebanyakan dari kami menulis nama orang tua
kami masing-masing untuk orang yang kami
sayangi di number pertama
(saluuut). Setelah itu kami melihat
video bagaimana proses terjadinya dedek
bayi (buku mana buku,, pelajaran biologi nih heheheee,,)
Setelah
selesai Ustad Dhohir menceritakan sebuah cerita di dalam renugan kali ini. Mari
kita renungan sejenak,
“Aku adalah seorang anak laki-laki
yang mempunyai wajah cukup tampan. Aku juga pintar. Tapi, ada yang membuatku
tak seseempurna itu. Iya, Ibuku. Aku memiliki ibu yang cacat. Ibu bermata satu.
Aku sangat malu mempunyai ibu seperti itu. Ayahku telah meninggal, dan ibuku
bekerja untuk membiayaiku . Meskipun sebenarnya aku tahu akulah yang harus
menjadi tulang punggung keluargaku. Tapi, masa bodoh, toh aku malu punya ibu
seperti itu
Sudah tiga hari aku tak tidur dirumah.
Itu semua kulakukan agar aku tidak bertemu dengan ibuku. Aku tahu ibuku sangat
khawatir kepadaku dan menyusulku kesekolah.
Kulihat seorang wanita berdiri didekat
gerbang dengan pakaiannya. Ya, itu ibuku.Ibu yang cacat bermata satu. Aku
berharap agar dia tidak memanggilku, karena aku pasti merasa malu saat
teman-temanku tahu aku mempunyai ibu bermata satu. Tapi, ternyata dia
memanggilku. Betapa malunya diriku saat itu. Sekarang teman-temanku tahu aku
mempunyai ibu yang cacat. Aku berharap agar tidak pernah melihatnya lagi.
Aku belajar dengan giat agar aku dapat
kuliah diluar negeri dan agar aku tidak lagi bertemu dengannya. Ya, aku
berhasil mendapatkan beasiswa itu dan pergi meniggalkan ibuku tanpa berpikir
untuk kembali.
Di Singapura aku menikah dengan
seorang wanita cantik dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki. Aku sangat
menyayangi keluargaku. Aku sangat menyayangi anakku. Bahkan aku rela melakukan
apa saja untuk anakku.
Suatu hari saat anakku bermain di
teras rumah, seorang wanita datang kerumahku. Dan membuat anakku ketakutan. Dan
ternyata dia adalah ibuku.
‘Hai Gelandangan! Kau membuat anakku
takut. Pergi kau dari sini.’ Ku usir wanita itu
Dengan tersenyum dia hanya berkata
’Maaf, sepertinya saya salah rumah’ lalu pergi meninggalkan rumahku.
Tanpa rasa bersalah aku mengusirnya,
mengusir ibuku sendiri. Aku berpikir bagaimana dia bisa pergi ke Singapur?
Bagaiman dia mendapat uang? Darimana dia tahu alamatku? Tapi itu bukan
urusanku. Aku sangat marah kepadanya saat itu.
Suatu hari aku mendapat sebuah
undangan reoni SMA ku. Aku berniat untuk menghadirinya dan berkata pada istriku
bahwa aku ada tugas diuar negeri.
Setelah acara reoni selesai, aku
berniat mengunjungi rumahku. Bukan karena aku kangen kepadanya, tapi karena aku
hanya ingin melihatnya saja.
Setelah aku sampai dirumahku, ku lihat
rumah sangat berantakan dan sangat sepi. Baguslah pasti dia sudah mati pikirku.
Aku bertemu dengan tetangga dekat
rumahku.
‘dari mana saja kamu, ibumu sudah lama
meninggal’ Akupun tak sedih mendengar kematian ibuku. Toh, itu yang aku
harapkan agar tidak lagi bertemu dengannya.
‘Sebelum meninggal ibumu menitipkan
ini untukmu’ Sambil memberikan sepucuk surat untukku.
Aku membuka dan membacanya
Untuk anakku tersayang
Aku sangat senang saat tahu kamu akan datang menghadiri acara reoni
itu. Aku ingin sekali bertemu denganmu. Tapi untuk mewujudkan itu aku tahu
waktuku tak akan lama lagi.
Aku sangat menyayangimu. Ingatkah
kamu, saat kamu dan ayahmu terjebak dalam kebakaran dan ayahmu meninggal? Saat itu kamu masih kecil, dan kamu
mengalami cacat di salah satu matamu.
Sebagai seorang ibu, aku tak ingin anakku tak
dapat melihat dunia luar yang sangat berwarna ini. Dan akupun tak ingin anakku
mendapatkan ejekkan dari teman-temannya.
Ya benar salah satu dari mata milikmu adalah
mataku. Aku merelakan dokter mengambil salah satu mataku dan mendonorkannya
untukmu. Aku ingin saat kamu dewasa nanti kamu dapat mengerti alasan cacatnya
mataku. Aku ingin kamu menjadi anak yang tampan dan bahagia.
Saat menyusulmu di Singapura aku berharap kamu
mau bertemu denganku. Bukan maksudku untuk menakut-nakuti anakmu. Aku tahu kamu
sudah bahagia dengan keluargamu tanpa bermaksud aku mengganggumu. Dan
Sebelumnya aku telah memaafkan semua perlakuan mu itu. Karena Aku ingin kamu tahu bahwa ibumu yang
mempunyai mata satu ini sangat menyayangimu.
Peluk cium,
Ibumu tersayang
Saat itu, Aku jatuh seketika kaki ku
lemas. Bergetar rasa hatiku. Orang yang selama ini sangat menyayangiku dan
berkorban untuk diriku, tapi aku perlakukan dengan tidak pantas hanya karena
dia tak sempurna.
‘Ya Allah, aku telah durhaka
kepadanya. Kenapa aku baru sadar saat dia telah pulang kepada-Mu. Ibu maafkan
anakmu yang telah durhaka ini’ ”
“Mari kita
tulis do’a kita untuk kedua orang tua kita. Yang akan kita ucapkan setiap kita
berdo’a.”
Beberapa
teman kita membacakan do’anya untuk kedua orang tuanya, Ya, sebut saja inisial
Mb.Dwi dan Ms. Eko. Mereka ingin agar kedua orang tuanya dapat pergi haji.
Amin. Kita do’ain bareng-bareng.
Ternyata
tidak hanya mereka yang ingin menaikkan haji kedua orang tuanya, tapi semua
yang ikut juga ingin orang tuanya naik haji. Amin, Amin. Smoga do’a kita
semua terkabul.
Sedih rasanya
jika itu kita yang mengalami. Jika kita baru sadar betapa sayangnya seorang ibu
kepada kita saat ibu telah tiada. (hmmm,, pasti sedih banget : ( ) Betapa besar pengorbanan ibu untuk
kita. Tapi kita masih saja membentaknya, memarahinya, membuat dia menangis
karena perlakuan kita.
Tak disangak
kami semua menitikkan air mata, tanpa terkecuali. Bahkan yang laki-laki pun
nangis. Subhanallah,, saat ini kami sadar bahwa kami harus merubah sikap kami
terhadap kedua orang tua kita. Smoga hal ini dapat membuat kita lebih baik.
Eitss,,,,
ternyata ada yang lari nih. Iya M.N.H ntah saat acara dia berada dimana? Wah
MNH curang nih hehee,, tapi lain kali diadain lagi mas aku siapin tisu banyak deh :D
Setelah acara
selesai Ustad Dhohir pulang. (Kapan-kapan main lagi ya Ustad hehe)
Sudah
dipersiapkan makanan untuk kita. Heheheee abis nangis pada laper ya? Kami pun
menikmatinya bersama-sama. Ntah mereka
semua tadi nangis terus dihapus pakai apa ya? Kok tisunya masih banyak? Hehehee
jangan-jangan pada pakai jilbabnya nih yang putri? Kalau yang putra pasti pakai
bajunya ya? Hayo ngaku :D
Sambil makan
sekalian diberikan stiker gratis,, asiiikkk :D
Acara ini
sangat berkesan untuk kami. Dengan diadakan acara ini kami jadi menyadari bahwa
perlakuan kami selama ini benar-benar tidak sepatutnya kami lakukan. Smoga
dengan acara ini dapat membuat kita lebih baik, lebih baik dan lebih baik lagi.
Amin.
Hidup ISAM3
^^