Muqqadimah VIRUS Merah Jambu

Engkau ucap cinta padahal itu DUSTA
Lisankan sayang padahal itu BOHONG
Sebelum akad terucap, tak ada jaminan kata!
Cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan hanya kemarin dan kini, tapi nanti. Mari kita berbicara tentang masa depan. Agar hari esok yang dijelang bukan suatu kesengsaraan, ada hal yang jelas harus dipersiapkan. Mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindarkan.
Bila engkau lelaki, engkau harus tahu arah saat melangkah. Bila engkau perempuan, seharusnya tahu bagaimana bertingkah.
Kita bicara masa depan karena ia tidak semudah yang diperkirakan pemuda-pemuda yang lalai, juga tidak sesulit yang diceritakan perempuan-perempuan yang bercerai.
Setiap Muslimah tentu saja menginginkan lelaki yang bertanggung jawab, yang menghargai kelebihan-kelebihan, dan yang memaafkan kealpaan-kekurangannya.
Muslimah selalu menanti lelaki elok akhlak padan rasa, yang memiliki kelembutan dengan anaknya, dengan isterinya dia mesra.
Muslimah mana yang tidak mendambakan lelaki yang bisa mengawalnya jauh dari neraka dan membimbingnya menunju surge Allah?
Lelaki mana yang tidak suka dengan wanita cerdik cendekia lagi berparas menawan, yang lisannya seanggun geraknya?
Lelaki yang baik pasti menyukai wanita lemah lembut lagi santun, pintar membahagiakan suami dengan masakan dan perhatian, tidak tamak pada harta dan selalu menjaga kehormatan.
Lelaki mana yang tidak memimpikan wanita yang mendukungnya dalam kebaikan dan mengeluarkan kebaikannya, dirindukan bila ditinggal, dan menyenangkan bila berjumpa?
Sialnya, kita hidup di zaman kapitalisme yang mengajarkan lelaki dan wanita masa kini untuk memperhatikan fisik bukan isi, perhatikan badan bukan iman. Kapitalisme menjadikan kebahagiaan materrialistis sebagai tujuan tertinggi. Hingga membuat lelaki sejati dalam pandangan Islam menjadi barang yang sulit. Hedonisme, anak kandung kapitalisme, sukses menjadikan lelaki hanya peduli nikmat sampai pada kulit.
Wajar bila kita melihat di mana-mana lelaki jadi miskin, tanggung jawab dan fakir komitmen. Bagi lelaki yang tidak lulus ujian tanggung jawab dan komitmen, merekalah yang akhirnya masuk dalam jurusan pacaran.
Padahal, pendamping yang saleh tiada pernah didapatkan dari proses pacaran, karena kesalehan dan kebatilan jelas bertentangan. Haq dan batil tidak akan pernah bertemu, bagaikan fatamorgana yang janjikan kebahagiaan semu.
Bagaimana bisa lelaki yang sudah memahami pacaran itu perbuatan yang dilarang oleh Allah, memaksa dengan berbagai alasan agar engkau berbagai dosa dengannya melawan Allah, lalu yang seperti ini bisa jadi panduan setelah menikah?
COBA PIKIRKAN BAIK-BAIK
Jika sebelum halal saja sudah berani katakan sayang kepadamu…
Jangan heran bila setelah menikah ia berani katakana itu pada wanita lain. Toh sama-sama bermaksiat pada Allah
Jika sebelum akad saja ia sudah berani labuhkan tangannya pada tubuhmu..
Jangan heran bila setelah menikah ia mampu lakukan itu pada wanita lain. Toh sama-sama dosa kepada Allah.
Yang tiada dosa saat menikah, jangan harap ia takut dosa setelah menikah

Hmmm… menarik gag nich ?? tungguin terus ya….. Atau kalau ngga' dateng aja di kajian tiap malem Sabtu. Pasti lebih seru nich
Sekian.

Dikutip dari :
Buku “Udah Putusin Aja !”  karya Felix Y. Siauw

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Follow Kami di Facebook


Mau nyumbang artikel atau tulisan? sampaikan aja lewat sini page isamtiga di facebook atau kirim artikelnya ke

isam.tiga@gmail.com