Bicara mengenai cinta selalu saja menarik dan tak ada habisnya.
Sungguh indah rasanya ketika kita dilanda rasa cinta terlebih jika orang yang
kita cintai juga memiliki perasaan yang sama. Namun sebesar apapun rasa cinta
yang dimiliki manusia tak kan bisa menandingi cinta Allah kepada manusia.
Bagaimana tidak ketika manusia mendekat sejengkal kepada Allah, maka Alah akan
mendekatinya sehasta. Jika manusia mendekat sehasta pada Allah, maka Allah akan
mendekatinya sedepa. Dan jika manusia berjalan mendekat kepada Allah, maka
Allah akan berlari untuk mendekatinya[1]. Allah menciptakan bumi ini untuk
ditempati dan dikelola sesuka hati oleh manusia, memberikan kehidupan dan rizki
yang tak terhitung banyaknya, dan bukan hanya itu saja Dia juga telah
menyiapkan surga untuk orang-orang yang mencintai-Nya yang hanya berisikan
keindahan dan kesenangan serta akan menjadi rumah kekal bagi manusia yang masuk
ke dalamnya.
Cinta Allah sedemikian besar, lalu bagaimana cinta kita kepada Allah?
Marilah sejenak kita merenung, selama ini kita mengerjakan sholat,
puasa, zakat apakah karena menginginkan surga, seperti cintanya para pedagang,
ataukah kita melaksanakan perintah-Nya dikarenakan rasa takut akan neraka,
seperti cintanya para budak, ataukah kita melaksanakan perintah Allah karena
kita memang benar-benar cinta kepada Allah? Tidak ada yang salah dengan mengharap
surga dan takut akan neraka, karena Allah Maha Tahu. Allah tahu manusia itu
serakah makanya diiming-iming dengan surga, Allah tahu manusia itu sombong maka
ditakut-takuti dengan neraka. Akan tetapi jika kita bisa beribadah kepada Allah
lantaran kita mencintai-Nya, atas apa yang Allah berikan kepada kita, maka
niscaya yang seperti itu jauh lebih tinggi tingkatannya.
Bukankah sama halnya ketika kita mencintai seseorang maka kita akan melakukan
apa saja dan memberikan yang terbaik untuk orang yang kita cintai tanpa
mengharapkan imbalan dari apa yang kita berikan? Rasa cinta yang dia berikan
kepada kita kiranya sudah cukup sebagai imbalannya. Demikianlah jika kita
benar-benar mencintai Allah maka kita sholat bukan lagi sebagai kewajiban namun
sebuah kebutuhan karena ketika sholatlah kita bisa bertemu dan berinteraksi dengan
Allah yang kita cintai.
Lalu bagaimana kita menempatkan cinta kita pada Allah sementara kita
juga punya cinta terhadap sesama manusia? Ada riwayat menarik tentang Husain,
putra Ali bin Abi Thalib yang tak lain adalah cucu Rasulullah, ketika itu masih
kecil, bertanya kepada ayahnya: "Apakah engkau mencintai Allah?" Ali
ra menjawab, "Ya". Lalu Husain bertanya lagi: "Apakah engkau
mencintai kakek dari Ibu?" Ali ra kembali menjawab, "Ya". Husain
bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai Ibuku?" Lagi-lagi Ali
menjawab,"Ya". Husain kecil kembali bertanya: "Apakah engkau
mencintaiku?" Ali menjawab, "Ya".
Terakhir Si Husain yang masih polos itu bertanya, "Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?" Kemudian
Sayidina Ali menjelaskan: "Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kekek
dari ibumu (Nabi Saw), ibumu (Fatimah ra) dan kepada kamu sendiri adalah
kerena cinta kepada Allah". Karena sesungguhnya semua cinta itu adalah
cabang-cabang cinta kepada Allah Swt. Setelah mendengar jawaban dari ayahnya
itu Husain jadi tersenyum mengerti.
Ketika mencintai seseorang, kita akan ikut mencintai apa saja yang
dicintainya. Begitu pun jika kita mencintai Allah maka sepatutnya kita juga
mencintai apa yang Allah cintai: para Rasul-Nya, orang-orang yang beriman, dan amalan-amalan
yang sholeh.
Cara kita mengungkapkan cinta kepada Allah pun mudah yaitu dengan
beribadah kepada-Nya. Beribadah ini bukan hanya urusan terhadap Allah saja (habluminallah), akan tetapi juga urusan
terhadap sesama manusia (habluminannas)
dengan berbakti kepada orang tua, menyayangi anak yatim, membantu saudara kita
yang tertimpa bencana dan lain sebagainya. [zym]
[1] Dari Abu Hurairah
ra, Rasulullah bersabda , Allah swt berfirman : “
Aku tergantung pada persangkaan hambaKu. Dan Aku bersamanya jika ia mengingat
Aku. Jika dia mengingatKu dalam hatinya, Akupun mengingatnya dalam HatiKu. Jika
ia mengingatKu dalam suatu majelis, Akupun mengingatnya dalam suatu majelis
yang lebih baik dari mereka. Dan jika ia mendekatiKu sejengkal, Aku akan
mendekatinya sehasta. Dan Jika ia mendekatiKu sehasta, Aku akan mendekatinya
sedepa. Dan jika ia mendekatiKu dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan
berlari (HR Bukhari, Muslim , Ahmad).
0 komentar:
Posting Komentar