Sudahkah Kita Mencintai Allah?


Bicara mengenai cinta selalu saja menarik dan tak ada habisnya. Sungguh indah rasanya ketika kita dilanda rasa cinta terlebih jika orang yang kita cintai juga memiliki perasaan yang sama. Namun sebesar apapun rasa cinta yang dimiliki manusia tak kan bisa menandingi cinta Allah kepada manusia. Bagaimana tidak ketika manusia mendekat sejengkal kepada Allah, maka Alah akan mendekatinya sehasta. Jika manusia mendekat sehasta pada Allah, maka Allah akan mendekatinya sedepa. Dan jika manusia berjalan mendekat kepada Allah, maka Allah akan berlari untuk mendekatinya[1]. Allah menciptakan bumi ini untuk ditempati dan dikelola sesuka hati oleh manusia, memberikan kehidupan dan rizki yang tak terhitung banyaknya, dan bukan hanya itu saja Dia juga telah menyiapkan surga untuk orang-orang yang mencintai-Nya yang hanya berisikan keindahan dan kesenangan serta akan menjadi rumah kekal bagi manusia yang masuk ke dalamnya.

Cinta Allah sedemikian besar, lalu bagaimana cinta kita kepada Allah?
Marilah sejenak kita merenung, selama ini kita mengerjakan sholat, puasa, zakat apakah karena menginginkan surga, seperti cintanya para pedagang, ataukah kita melaksanakan perintah-Nya dikarenakan rasa takut akan neraka, seperti cintanya para budak, ataukah kita melaksanakan perintah Allah karena kita memang benar-benar cinta kepada Allah? Tidak ada yang salah dengan mengharap surga dan takut akan neraka, karena Allah Maha Tahu. Allah tahu manusia itu serakah makanya diiming-iming dengan surga, Allah tahu manusia itu sombong maka ditakut-takuti dengan neraka. Akan tetapi jika kita bisa beribadah kepada Allah lantaran kita mencintai-Nya, atas apa yang Allah berikan kepada kita, maka niscaya yang seperti itu jauh lebih tinggi tingkatannya.

Bukankah sama halnya ketika kita mencintai seseorang maka kita akan melakukan apa saja dan memberikan yang terbaik untuk orang yang kita cintai tanpa mengharapkan imbalan dari apa yang kita berikan? Rasa cinta yang dia berikan kepada kita kiranya sudah cukup sebagai imbalannya. Demikianlah jika kita benar-benar mencintai Allah maka kita sholat bukan lagi sebagai kewajiban namun sebuah kebutuhan karena ketika sholatlah kita bisa bertemu dan berinteraksi dengan Allah yang kita cintai.

Lalu bagaimana kita menempatkan cinta kita pada Allah sementara kita juga punya cinta terhadap sesama manusia? Ada riwayat menarik tentang Husain, putra Ali bin Abi Thalib yang tak lain adalah cucu Rasulullah, ketika itu masih kecil, bertanya kepada ayahnya: "Apakah engkau mencintai Allah?" Ali ra menjawab, "Ya". Lalu Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?" Ali ra kembali menjawab, "Ya". Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai Ibuku?" Lagi-lagi Ali menjawab,"Ya". Husain kecil kembali bertanya: "Apakah engkau mencintaiku?" Ali menjawab, "Ya".
Terakhir Si Husain yang masih polos itu bertanya, "Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?" Kemudian Sayidina Ali menjelaskan: "Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kekek dari ibumu (Nabi Saw), ibumu (Fatimah ra) dan kepada kamu sendiri adalah kerena cinta kepada Allah". Karena sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah Swt. Setelah mendengar jawaban dari ayahnya itu Husain jadi tersenyum mengerti.

Ketika mencintai seseorang, kita akan ikut mencintai apa saja yang dicintainya. Begitu pun jika kita mencintai Allah maka sepatutnya kita juga mencintai apa yang Allah cintai: para Rasul-Nya, orang-orang yang beriman, dan amalan-amalan yang sholeh.

Cara kita mengungkapkan cinta kepada Allah pun mudah yaitu dengan beribadah kepada-Nya. Beribadah ini bukan hanya urusan terhadap Allah saja (habluminallah), akan tetapi juga urusan terhadap sesama manusia (habluminannas) dengan berbakti kepada orang tua, menyayangi anak yatim, membantu saudara kita yang tertimpa bencana dan lain sebagainya.  [zym]



catatan:
[1] Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda , Allah swt berfirman : “ Aku tergantung pada persangkaan hambaKu. Dan Aku bersamanya jika ia mengingat Aku. Jika dia mengingatKu dalam hatinya, Akupun mengingatnya dalam HatiKu. Jika ia mengingatKu dalam suatu majelis, Akupun mengingatnya dalam suatu majelis yang lebih baik dari mereka. Dan jika ia mendekatiKu sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Dan Jika ia mendekatiKu sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Dan jika ia mendekatiKu dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari (HR Bukhari, Muslim , Ahmad).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Follow Kami di Facebook


Mau nyumbang artikel atau tulisan? sampaikan aja lewat sini page isamtiga di facebook atau kirim artikelnya ke

isam.tiga@gmail.com